Sedari kecil kita diharuskan memiliki mimpi, tujuan mimpi ialah memberikan tujuan dalam hidup, dari tujuan itu kita membangun diri untuk melangkah mencapai tujuan tersebut, bersekolah, bergaul, serta beribadah menjadi 3 dari sekian kunci yang banyak orang sukses sampaikan, tapi menurutku itu tidak lah cukup.
Hidup saat ini terasa seperti berjalan didalam lorong kecil yang sesak, kuralat bukannya berjalan melainkan berlari, berlari di ruang terbuka lebar saja sudah terasa sesak apalagi didalam lorong kecil, menyerah? Tentu tidak. Kusampaikan juga tulisan ini bukan berisi bagian motivasi motivasi diri untuk kalian baca, sehingga apabila ada kalimat yang mungkin akan jadi motivasi untuk diri kalian, bisa dianggap sebagai kebetulan dan sungguh aku tidak menginginkan nya. Kembali berbicara mimpi, apa mimpi kalian sewaktu belum mengetahui apa yang namanya kedewasaan.
Menjadi dokter? Pilot? Pembalap? Sadar atau tidak, jika mimpi tersebut tertanam atas dasar ego orang dewasa disekitar kita yang gagal mereka raih, lalu mimpi sebenarnya sewaktu kecil dulu itu apa? Sederhana saja menurutku adalan ingin terus menikmati hari, kenapa demikian, karena sewaktu kecil kita hal yang paling menyebalkan adalah untuk meninggalkan setiap waktunya, meninggalkan keinginan bermain dan bergembira, sebuah mimpi yang sudah menjadi kenyataan saat itu dan menjadi salah satu mimpi disaat kita dewasa sekarang.
Seberapa benci kalian untuk disuruh tidur siang diwaktu kecil dulu ? Hingga orang dewasa disekitar harus bersusah payah dalam meminta kita untuk tidur, kenapa kita begitu membencinya? Jelas karena saat itu kita sedang menikmati waktu. Beranjak menjadi remaja, mimpi apa yang terbangun dalam dirimu? Kutebak sederhananya adalah memiliki apapun yang kau inginkan, kenapa? Karena faktor lingkungan yang mendorong mimpi tersebut tercipta, sehingga kita saat itu sudah mulai memiliki ambisi, dimulai dari belajar tiap langkah yang dibangun untuk mencapai mimpi tersebut, sedikit gambaran mimpi yang terbangun disaat remaja adalah, menjadi popular, menjadi terpintar, dan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk mencapai suatu pengakuan, salah? Tentu tidak selama cara yang dilakukan tidak lah terlihat salah dimata orang dewasa, karena penilaian salah atau benar disaat remaja datangnya adalah dari orang dewasa disekitar baik itu guru, tetangga, orang tua bahkan yang tak dikenal seperti Supir angkot atau penjaga kantin sekolah, dan jujur saja dipastikan mimpi tersebut akan dapat dicapai sebelum masa remaja selesai.
Beranjak menjadi dewasa namun belum dapat dikatakan dewasa, mimpi sudah menjadi lebih sedikit rumit, kenapa tidak, dibatas ini kita mulai merapikan dan membentuk rencana kedepannya untuk mempersiapkan kehidupan mandiri yang terlepas dari ketergantungan orang lain, memikirikan profesi yang akan dikerjakan disaat dewasa, dan setumpuk rencana menuju mimpi utama yaitu meraih kesuksesan. Dimasa ini aku menyebutkan masa transisi, karena dimasa ini benar benar berbeda dari masa sebelumnya, tidak ada lagi yang namanya bermain bebas, yang ada hanyalah tuntutan saja, serta tekanan demi tekanan yang dihadapi sebagai bayaran untuk apa yang akan diraih selanjutnya, ialah mencapai mimpi yang sebenarnya, dimana mimpi yang benar benar diinginkan tanpa satupun ikut campur ya pihak lain dan benar benar berasal dari diri sendiri, sulit? Pasti , ingin menyerah? Terkadang itu ada, frustasi? Sudah menjadi teman perjalanan.
Sadar atau tidaknya kita menjadikan 3 modal awal yang disebutkan diawal tulisan sebagai pembenaran, karena apa, difase ini sudah menguatnya rasa penyesalan dan mencari kambing hitam setiap langkah yang dilalui terlalu berat dan tidak jarang memilih langkah mundur sementara atau menyerah dan memulai dengan mimpi yang baru lainnya. Perlu diingatkan manusia hidup berpacu oleh waktu, dan waktu ibarat arus laut dalam yang sangat kencang sehingga jika kita diam akan terseret terlalu cepat dan tanpa sadar kita telah tiada. Kembali membicarakan mimpi, disaat semua merasa frustasi ada kalanya muncul keinginan untuk mengambil jalan pintas, dimana ego terlalu kuat untuk dibendung oleh rasa martabat, baik buruknya sudah bukan urusan lagi dan biarkan itu berjalan saja. Untuk saat ini dunia terasa bukan lagi seperti didalam lorong, melainkan sudah seperti jalur cepat dijalan tol, merasa lega? Ia jika tidak ada mobil, bayangkan semua mobil dalam jalur yang sama, sudah tidak bisa lagi dikatakan cepat karena nantinya kita akan berhenti sejenak, disaat berada dijalan tol tatkala kita melihat setiap mobil dapat mendahului jika ada kesempatan, kesempatan ini lah terkadang menjadi tidak baik, karena dilakukan dengan sesuatu yang menurutku tidak seharusnya dilakukan yaitu berbohong, berbohong untuk menciptakan jalur sendiri sehigga merasa lebih cepat dan terlihat seperti kepalsuan, inilah yang tak kuinginkan, kepalsuan yang datang untuk melihat diri menjadi lebih baik dari yang lain, membohongi diri dan memotivasi orang lain untuk ikut berbohong, hingga akhirnya dunia ini tidak butuh mimpi, melainkan sketsa saja asal kepalsuan tidak pernah terungkap.
Terimakasih